Sunday, August 19, 2012

Ikan kecil dan air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimakah air?”

Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”

Apa arti cerita tersebut bagi kita. Manusia kadang-kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.

Sumber : http://www.facebook.com/notes/kumpulan-kisah-inspirasi-jiwa/ikan-kecil-dan-air/386676944728001

Tuesday, August 14, 2012

Kisah empat lilin

Suatu hari ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

Sumber : http://www.facebook.com/notes/kumpulan-kisah-inspirasi-jiwa/kisah-empat-lilin/386678261394536

Thursday, August 9, 2012

Terima Kasih Ibu

Seorang anak bertengkar dengan ibunya dan meninggalkan rumah. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.

Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar. Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya "Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?"

"Ya, tetapi aku tidak membawa ua
ng," jawab anak itu dengan malu-malu. "Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,"jawab si pemilik kedai.

Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa Nak?" Tanya si pemilik kedai. "Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yg baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku.

Pemilik kedai itu berkata "Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi & kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi, nasi dll sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.

Anak itu kaget mendengar hal tersebut. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih,
tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak peduli.

Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih & cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam."

Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya & ia menangis di hadapan ibunya.

Sekali waktu kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yg diberikannya pada kita. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita sering lupa untuk berterima kasih...!!!

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Cerita-Inspiratif/117018535074711

Tuesday, August 7, 2012

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang
saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Cerita-Inspiratif/117018535074711

Saturday, August 4, 2012

Empat Orang Pandai dan Seekor Harimau Benggala

Alkisah, di Benggala, yang terletak di dekat sungai Gangga di India, hiduplah empat pria Brahmana yang pandai dan bijak. Mereka sudah saling mengenal seumur hidup mereka, sehingga ke mana pun, mereka selalu pergi bersama. Meski begitu, tingkat kepandaian dan kearifan empat pria ini berbeda-beda.

Benggala, selain dikenal akan warisan kearifan leluhur dan keindahan alam serta hutan-hutannya, memiliki harimau Benggala, makhluk yang cantik namun buas dan kuat.

Suatu hari, empat orang pandai ini memutuskan untuk mengabdikan kepandaian yang mereka miliki kepada sang raja. Maka, mereka berjalan kaki bersama-sama menuju kota. Sambil berjalan, mereka sibuk membicarakan rencana mereka kelak.

“Sudah pasti, sang raja ingin kita melayani beliau bersama-sama, karena kita berempat sama-sama pandai dan bijak,” ujar orang pandai pertama.

“Pastinya begitu. Nanti, saat kita sudah resmi dijadikan penasihat raja, sebaiknya kita membagi uang yang kita dapat dari raja secara merata,” sahut orang pandai kedua.

Namun, orang pandai ketiga menggelengkan kepalanya. “Ah, aku tidak setuju! Sebenarnya, hanya kita bertiga yang merupakan orang pandai sejati.” Setelah mengucapkan kalimat itu, mereka bertiga menoleh ke arah teman mereka, orang pandai keempat, yang berjalan paling belakang. Memang, orang pandai keempat ini tak sepandai teman-temannya, tetapi ia memiliki talenta tersendiri, yaitu akal sehat.

Orang pandai keempat menyadari ketiga temannya tengah menyindirnya. Ia mengangguk ke arah mereka. “Aku setuju bahwa aku tidak sepandai kalian. Tetapi, akal sehat yang aku miliki sama pentingnya bagi raja. Bukankah begitu?”
Orang pandai pertama menggelengkan kepalanya. “Engkau adalah orang yang bijak, itu betul, tetapi tidak begitu terpelajar seperti kami karena engkau tidak membaca buku sebanyak kami.”
“Aku sudah belajar cukup banyak dari hidup ini,” debat orang pandai keempat.

“Tetapi, sudah berapa banyak buku yang engkau baca?” salah seorang temannya bertanya.
Orang pandai pertama, kedua, dan ketiga lantas mulai menghitung jumlah buku-buku yang sudah mereka pelajari. “Wah, jumlahnya sudah mencapai ratusan buku,” kata mereka dengan bangga. “Engkau tidak punya pengetahuan sebesar kami.”

“Akal sehatku sudah merupakan anugerah yang bagus,” orang pandai keempat berusaha menyakinkan teman-temannya.
“Akal sehat tak ada gunanya!” tukas orang pandai pertama. “Kelak, di istana raja, kita akan menghadapi masalah-masalah yang pelik untuk dipecahkan.”
“Pengetahuan besar yang kami miliki bisa membantu sang raja merancang peperangan hebat, mengatur penataan kota, mengelola kerajaannya, dan yang terpenting, mengambil keputusan,” ujar orang pandai kedua.
“Sayang sekali, engkau tidak belajar sebanyak kami,” kata orang pandai ketiga sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya, orang pandai keempat terdiam. Ia merenungkan perkataan teman-temannnya. Jangan-jangan mereka benar, pikirnya. Mungkin, seharusnya ia membaca lebih banyak buku. Mungkin, seharusnya ia belajar terus siang dan malam, seperti yang selalu dilakukan teman-temannya. Ia pun mulai meragukan akal sehat yang ia miliki – apakah akal memang ada gunanya atau tidak.

“Sepertinya kalian benar,” ujar orang pandai keempat akhirnya, sambil mengembus napas panjang. Karena mereka bercakap-cakap sambil terus berjalan, kini di kejauhan, ia sudah bisa melihat kota yang hendak mereka tuju. Ia mulai bertanya-tanya, apakah sebaiknya ia berbalik dan pulang saja ke rumah.
Tepat ketika orang pandai keempat hendak memanggil teman-temannya, rombongan itu menemukan tulang-belulang hewan yang tergeletak berserakan di satu sisi jalan.

Sepasang mata orang pandai pertama langsung bersinar-sinar. “Nah, sekarang engkau bisa melihat betapa pentingnya kepandaian itu!” serunya dengan riang. “Aku, dengan pengetahuan yang kumiliki, bisa menyusun tulang-tulang makhluk ini menjadi susunan kerangka yang tepat.”

Orang pandai kedua tak mau kalah. “Benar, engkau memang bisa melakukan itu,” katanya, “tetapi, jauh lebih penting dari itu, aku bisa menumbuhkan daging pada kerangka tulang makhluk ini.”
Orang pandai ketiga ikut maju ke depan. “Ah, kalian berdua ini memang terpelajar, dan aku menghormati kepandaian kalian, tetapi pengetahuan yang kumiliki adalah pengetahuan yang tertinggi, karena aku bisa menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati ini.”

Mereka pun memutuskan untuk membuktikan omongan mereka. sementara mereka mulai bekerja, orang pandai keempat hanya terdiam sambil memperhatikan teman-temannya.

“Benar, kalian memang sangat pandai karena bisa menyusun tulang-tulang ini menjadi makhluk hidup. Aku tidak punya pengetahuan sebesar kalian,” ia mengaku. “Tetapi, aku tidak bodoh dan bisa mengenali makhluk apa ini. Ini adalah harimau. Harimau yang sangat besar! Aku mohon, kalian mempertimbangkan kembali apa yang sedang kalian lakukan. Menghidupkan kembali harimau sebesar ini berbahaya bagi kita berempat!”
Ketiga temannya menoleh sekilas padanya, lantas tertawa terbahak-bahak. “Dasar bodoh!” ejek mereka. “Kami sih sama sekali tidak takut.”

“Baiklah,” ujar orang pandai keempat, “terserah kalian saja. Tetapi jika kalian masih ingin pamer kepandaian dengan menghidupkan makhluk buas ini, aku memilih untuk naik ke atas pohon ini.” Setelah berkata demikian, ia pun langsung memanjat pohon di dekat mereka secepat kilat, lantas duduk di cabang yang paling tinggi, jauh di atas teman-temannya yang sibuk bekerja di bawah.

Orang pandai pertama menyelesaikan bagiannya, dan dengan bangga ia mengumumkan : “Tulang-belulang itu sudah tersusun! Apa kubilang, aku bisa melakukannya dengan sangat tepat. Tak ada satu pun kesalahan!”
Orang pandai kedua tak mau kalah. Ia menutupi setiap jengkal tulang itu dengan daging dan kulit yang cantik. Ia pun membanggakan hasil karyanya.

Orang pandai ketiga melangkah maju dengan pongah. “Sekarang semua harap diam, karena aku harus berkonsentrasi penuh dalam tugas yang paling penting ini. Aku bisa menghidupkan makhluk ini dengan pengetahuan yang kumiliki.”

Ia membungkukkan tubuh di atas makhluk yang terdiam kaku itu, dan mulai mengucapkan mantra-mantra.
Setelah ia selesai, semua orang pandai, yang berada di bawah maupun di atas pohon, menahan napas mereka dengan tegang. Semenit, dua menit, makhluk itu masih tak bergerak.

Tapi kemudian, secara perlahan-lahan, kehidupan mulai menjalari tubuh makhluk itu. Kini, harimau Benggala yang besar itu berdiri tegak di atas keempat kakinya, meregangkan otot-ototnya, dan menoleh ke tiga manusia di dekatnya. Ia menjilati mulut dengan lidahnya yang besar, lantas, dengan auman keras, ia menerjang tiga pria malang itu.

Dari tempatnya yang aman, jauh di atas pohon, orang pandai keempat hanya bisa menatap kekacauan di bawah. Teman-temannya pontang-panting berlarian menghindari serangan harimau buas itu.
“Kalian boleh pandai dan punya pengetahuan besar,” katanya, “tetapi, pada akhirnya, akal sehatlah yang paling penting!”

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Cerita-Inspiratif/117018535074711

Friday, August 3, 2012

Air Danau

Satu kali, GURU sedang berjalan dari suatu kota ke kota lain dengan beberapa pengikutnya. Ketika mendekati sebuah danau, GURU berkata kepada seorang muridnya: "Saya haus. Tolong, ambilkan saya air dari danau itu."

Muridnya itu berjalan menuju danau itu. Ketika mendekat, dilihatnya beberapa orang sedang mencuci pakaian di danau itu, dan baru saja sebuah gerobak yg ditarik 2 ekor sapi me
lintasi pinggir danau itu. Air sekitarnya menjadi keruh dan berwarna gelap. Murid ini berpikir: " Mana mungkin memberi air keruh kepada GURU sbg air minum?"

Iapun kembali dan menyampaikan ke GURU:" Airnya sedang keruh. Saya pikir belum bisa diminum." Waktu berlalu, dan setengah jam kemudian GURU memintanya keembali ke danau utk mengambilkan air minum untuknya. Dengan patuhnya, iapun kembali ke danau. Sekarang air danau sudah menjadi bening kembali. Lumpurnya sudah mengendap dan air di atasnya sudah berubah jernih, siap diminum. Iapun mengisi potnya dengan air itu.

Ketika GURU melihatnya, ia berkata kpd muridnya: "Lihatlah, apa yg kamu lakukan utk membuat air itu jernih? Kamu diamkan, maka lumpurnya perlahan-lahan turun dengan sendirinya, dan kamu mendapat air yg bersih. Begitu juga dengan pikiranmu. Kalau sedang tidak tenang ataupun gelisah, diamkan saja dulu. Beri waktu sesaat, lalu pikiran keruhmu itu akan berubah dng sendirinya. Tidak usah repot utk mengendapkannya...!!!

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Cerita-Inspiratif/117018535074711

Wednesday, August 1, 2012

Uang Koin Di Dalam Sepatu

Suatu sore, seorang mahasiswa berjalan bersama dosennya. Ketika mereka melihat sepasang sepatu butut di tepi jalan. Mereka yakin sepatu tersebut milik seorang pekerja rendahan yang bekerja di hutan.

Sang mahasiswa berpaling pada dosennya seraya berkata, "Mari kita sembunyikan sepatunya, lalu kita bersembunyi di balik semak-semak dan melihat apa yang terjadi kemudian."

Dosen itu menjawab, "Sobatku, kita tidak seharusnya bersenang-senang dengan mengorbankan orang miskin. Engkau dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, dan itu akan mendatangkan kesenangan besar dalam dirimu. Caranya adalah memasukkan uang ke dalam kedua sepatu bututnya. Setelah itu kita bersembunyi untuk melihat reaksi orang tersebut."

Mahasiswa itu pun melakukan apa yg dikatakan dosennya, lalu mereka bersembunyi di balik semak-semak.

Tak lama kemudian, si empunya sepatu keluar dari hutan dan bergegas mengambil sepatunya. Ketika memasukkan salah satu kakinya, ia merasakan ada benda yg mengganjal. Ia pun merogoh ke dalam sepatu. Ia nampak terkejut dan terheran karena ada uang dalam sepatunya.

Ia memegang sambil menatap uang tersebut, lalu melihat ke sekeliling apakah ada orang di sekitarnya. Tapi, ia tidak melihat seorang pun disana. Lalu ia memasukkan uang tersebut ke kantongnya, sambil memasang sepatu lainnya. Tapi, lagi-lagi ia terkejut karena ada uang dalam sepatunya yang satu lagi.

Perasaan haru menguasainya, ia jatuh tersungkur dan menengadah keatas. Doa ucapan syukur terdengar jelas dari mulutnya. Ia berbicara mengenai istrinya yang sakit, serta anaknya yang kelaparan karena tak ada uang. Ia bersyukur atas kemurahan yg Tuhan berikan melalui orang yg ia tidak ketahui.

Melihat hal itu, sang mahasiswa meneteskan airmata. Ia berpaling pada dosennya seraya berkata, "Kau telah memberiku pelajaran yang takkan kulupakan. Kini aku mengerti bahwa LEBIH BERBAHAGIA MEMBERI DARIPADA MENERIMA."

Sumber : http://www.facebook.com/pages/Cerita-Inspiratif/117018535074711

BERTAHAN BERJUANG

Ketika begitu banyak kegelisahan menggelembung menjadi satu dan memenuhi isi pikiran kita…

Ketika kita tak tahu harus berbuat apa sementara begitu banyak persoalan menghantam kita sekaligus...

Ketika seolah kita kehilangan keyakinan kita untuk berdiri tegar di antara semua badai kehidupan yg terjadi…

Mari...
Bertahanlah satu hari lagi…

Jangan menyerah hari ini…
Karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari......

Bertahanlah satu hari lagi di dalam Iman…
Bertahanlah satu hari lagi di dalam Doa…

Dengan demikian akan kita akan dapati…bahwa kita sudah jalani hari-hari bersama-Nya…
Kita sudah jalani minggu demi minggu…bulan demi bulan…tahun demi tahun…dalam penyertaan-Nya…...

Sahabat...
Jangan menyerah karena keadaan hari ini…Hidup ini harus adalah perjuangan...oleh sebab itu teruslah bertahan dan berjuang !!!

Semangat !!!

Sumber : http://www.facebook.com/kisahkisahinspiratif